Top Social

Kisah Triana Rachmawati Merajut Griya Schizofren

8/23/25

https://www.stafana.com/2025/08/Kisah-Triana-Rachmawati-Merajut-Griya-Schizofren.html


Kisah Triana Rachmawati dan Griya Schizofren. Kalau dipikir-pikir, banyak hal besar justru lahir dari sesuatu yang sederhana. Begitu juga kisah Griya Schizofren, yang bermula di sebuah ruangan kecil di Solo. Tahun 2014, Triana Rachmawati, bersama dua sahabatnya, Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari punya satu mimpi sederhana: menemani orang dengan masalah kejiwaan (ODMK).


Awalnya, kegiatan mereka tidak rumit. Hanya ngobrol santai, menyanyi bareng, atau menemani saat beribadah. Tapi dari pertemuan kecil itu, tumbuh ikatan yang hangat. Mereka yang tadinya memilih diam mulai berani tersenyum. Keluarga yang awalnya merasa malu, pelan-pelan menemukan sahabat baru.



Triana sering bilang, “Kami bukan dokter, bukan psikolog. Kami hadir sebagai teman.” Dari situlah filosofi Griya lahir, bukan tempat penghakiman, tapi rumah persahabatan.



Ketika Dukungan Jadi Obat yang Tak Tertulis


https://www.stafana.com/2025/08/Kisah-Triana-Rachmawati-Merajut-Griya-Schizofren.html



Skizofrenia dan masalah kesehatan jiwa lainnya sering bikin keluarga merasa terasing. Bukan hanya soal biaya pengobatan, tapi juga soal stigma. Orang takut dicap, sehingga banyak yang memilih berdiam diri.



Griya Scizofren mencoba menjembatani itu dengan kegiatan kreatif. Ada kelas menggambar, bikin kerajinan, sampai belajar keterampilan sederhana. Hasil karya ODMK bahkan dipasarkan lewat usaha sosial bernama SOLVE (Souvenir & Love). Jadi ketika orang menerima undangan pernikahan atau souvenir buatan mereka, yang sampai bukan cuma barang, tapi juga pesan: “Kami mampu berkarya.”



Dampaknya terasa sampai ke keluarga. Dari rasa malu berubah jadi rasa bangga. Dari pasrah berubah jadi harapan. Griya Scizofren, bukan hanya tempat singgah ODMK, tapi juga ruang penyembuhan bagi keluarga.



Dari Solo, Menyebar Lebih Luas



Perjalanan Griya tidak sendirian. Ada relawan, mahasiswa, komunitas, sampai masyarakat yang ikut bergerak. Kolaborasi inilah yang bikin langkah kecil Triana bisa bergema lebih besar.



Tahun 2018, ia jadi finalis Diplomat Success Challenge (DSC) dan dapat dukungan usaha untuk memperkuat programnya. Lalu di 2023, kiprahnya diakui secara nasional lewat SATU Indonesia Awards bidang Kesehatan.



Buat Triana, penghargaan bukan soal plakat. Lebih dari itu, ini validasi atas perjalanan panjang: dari ruang kecil di Solo, kini menjelma jadi gerakan sosial yang berkelanjutan. Dukungan Astra juga membuka jalan kolaborasi lebih luas lewat program Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra. Artinya, dampak Griya kini melampaui batas kota, menjangkau lebih banyak ruang di Indonesia.



Merawat Harapan, Bukan Sekadar Mengobati



Kita tahu, skizofrenia memang belum ada obat yang benar-benar tuntas. Tapi pengobatan medis yang konsisten, ditambah dukungan keluarga dan lingkungan yang ramah, bisa bikin ODMK hidup lebih bermakna.



Dan Griya membuktikan itu. Mereka yang dulu dipinggirkan kini berkarya. Mereka yang dulu sunyi kini punya lingkar persahabatan. Seperti yang Triana yakini, kesehatan jiwa bukan cuma soal medis, tapi soal diakui sebagai manusia utuh.



 Satukan Gerak, Terus Berdampak



Kisah ini pas banget dengan tema Anugerah Pewarta Astra 2025: Satukan Gerak, Terus Berdampak. Dari langkah kecil, Triana berhasil menyatukan relawan, keluarga, masyarakat, hingga perusahaan. Semua bergerak bersama untuk satu tujuan: menghapus stigma dan merawat harapan.



Hari ini, Griya Schizofren bukan hanya rumah bagi ODMK, tapi juga simbol. Bukti nyata bahwa ketika kita bergandengan tangan, dampak baik bisa terus mengalir, dari ruang sederhana di Solo, menuju lebih banyak ruang di Indonesia.

Post Comment
Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan.

Auto Post Signature

Auto Post  Signature